Selasa, 05 Oktober 2010

10 Hukum Dasar Otak(part 2)

Hukum keenam: Konsep dan informasi dalam otak disusun dalam bentuk pola-pola. Otak dapat menerima sekaligus menolak pols-pola itu. Otak terikat sekaligus tidak terikat dengan pola.
Gambaran suatu benda akan disimpan pada tempat yang berbeda-beda di otak. Gambaran pisang akan disimpang pada tempat yang berbeda-beda. Bentuknya disimpan di lobus parietal, warna di lobus temporal, dan baunya di lobus frontal. Pemahaman terhadap sebuah informasi adalah hasil kerja sama semua bagian otak.
Akibat dari klasifikasi tersebut, otak akan berpikir menurut pola-pola tertentu. Setiap informasi masuk akan "dibaca" menurut pola yang disimpan. Walaupun memerlukan waktu, otak dapat "membaca" pola yang berbeda dari data yang disimpannya. Kemampuan otak ini dapat direkayasa untuk memunculkan kreativitas.

Hukum ketujuh: Alat-alat dan reseptor saraf menghubungkan otak dengan dunia luar. Latihan indra dan fisik dapat memperkuat otak.
Dunia luar adalah sumber informasi yang tak terbilang banyaknya.
Informasi itu tidak dapat diterima secara langsung oleh otak. Informasi hanya dapat diterima oleh otak setelah kontak dengan alat-alat indra dan reseptor saraf yang ada di permukaan tubuh. Pengenalan seseorang terhadap alat indra yang dominan akan membantu otak menyimpan informasi secara baik.
Misalnya, jika berkenalan dengan seseorang, akan jauh lebih kuat bagi otak untuk menyimpan informasi kenalan baru tersebut bila bukan hanya namanya yang diingat. Warna baju, bau badan, dan parfunmnya, tatapan matanya, genggaman tangannya, suaranya, akan menguatkan ingatan dan penyimpanan di otak.

Dengan kata lain, ketika belajar, informasi itu harus dilihat didengar, disentuh dicium, bahkan dirasai. Ingatan itu akan lebih kuat bila nuansa emosional dilibatkan. "Kesan pertama menentukan" kira-kira begitulah nuansa emosi itu. Rasa suka, benci, kagum, senang adalah nuansa-nuansa emosi yang mendukung daya ingat.

Hukum kedelapan: Otak tidak pernah istirahat. Ketika "otak rasional" kelelahan dan tidak dapat menuntaskan sebuah pekerjaan, maka "otak intuitif" akan melanjutkannya.
Otak kanan dan otak kiri melakukan kegiatan berbeda , tetapi terpadu. Umumnya ketika berpikir, seseorang hanya menggunakan pikiran-pikiran rasionalnya. Ciri pikiran ini adalah indrawi, logis, memusat, dan tidak melahirkan hal-hal atau cara-cara baru sehingga cenderung kaku dan berpola.
Seringkali cara berpikir rasional tidak dapat menyelesaikan masalah. Apalagi jika masalah itu tidak memiliki dasar-dasar indrawi atau logis. Karena itu, pikiran intuitif harus dapat diaktifkan. Jenis pikira ini--meskipun bertumpu pada pikiran rasional--memiliki mekanismenya sendiri.
Pikiran ini sering disebut pikiran tidak logis, diluar kebiasaan, dan menyebar. Jika pikiran ini mampu diaktifkan, banyak hal yang dapat dipecahkan. Hanya saja, pengaktifan pikiran intuitif harus didahului dengan pengaktifan besar-besaran atau sekuat-kuatnya pikiran rasional. Pikiran rasional harus bekerja all out hingga mencapai taraf kebuntuan berpikir.
Mengarahkan semua kekuatan pikiran logis dapat memunculkan pikiran intuitif.


Hukum kesembilan: Otak dan Hati berusaha dekat. Otak yang diasah secara terus-menerus dapat membawa pemiliknya ke jalan kebajikan dan kebijaksanaan, serta ketenangan jiwa.
Ini ada hubungannya dengan agama. Karena dengan mengoptimalisasikan spiritualismenya seseorang dapat hidup secara lebih baik dan eksistensinya akan lebih terwujud.
Optimalisasi otak spiritual dapat membuat seseorang cerdas secara utuh. 
Paling tidak, terdapat tiga komponen hidup yang lahir dari optimalisasi itu:
1. Kejernihan berpikir rasional
2. Kecakapan emosi
3. Ketenangan hidup
Dalam hal optimalisasi ini, jenis institusi agama yang dianut bukanlah hal terpenting. Yang paling penting adalah nilai-nilai yang dikandung oleh sebuah institusi agama itu.


Ketenangan hidup merupakan hasil akhir yang paling tinggi nilainya dari otak spiritual.
Sebab, kecerdasan rasional dan kecakapan emosi tidak ada apa-apanya bila seseorang tidak memiliki ketenangan hidup. Melatih otak terus-menerus dan membiasakannya untuk merenung akan membuat hati tenang dan bercahaya.
Kecemasan dan ketegangan dapat dihilangkan dengan membiarkan otak "menemukan" dimensi spiritual yang dimilikinya.


Hukum kesepuluh: Kekuatan otak turut ditentukan oleh makanan fisik yang diterima otak.
Otak dipelihara oleh makanan yang diterimanya. 
Otak juga dipelihara oleh asupan darah yang cukup. Asupan darah yang berlangsung baik, dengan makanan yang tersedia secara baik, dapat memelihara otak untuk berfungsi secara baik. 
Sebaliknya, asupan darah yang tidak cukup, misalany oleh hambatan pada pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah, dapat menghilangkan kekuatan otak. Aliran darah yang terhenti sedetik saja dapat menyebabkan iskemia (gangguan sepintas) maupun infark (mati)-nya otak. Jika otak sudah mati, pasti terjadi gangguan fungsi pada daerah yang bersangkutan.
Makanan yang mengganggu aliran darah dapat mengganggu otak. Bila terdapat kerak-kerak, misalnya kerak kolesterol atau lemak pada pembuluh darah, maka aliran darah tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Gula yang dibutuhka  otak tidak akan cukup. Padahal gula merupakan sumber utama bahan bakar otak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar